Di deretan smartphone flagship, iPhone menjadi salah satuponsel termahal yang pernah ada. Bahkan label ‘iPhone murah’ yang ada di iPhone 5c tidak menjadikan smartphone iOS tersebut semurah yang dibayangkan banyak orang.
Ada banyak pertanyaan kenapa Apple menempel harga yang sangat premium untuk iPhone sementara di luar sana konsumen masih bisa mendapati ponsel berkualitas dengan harga lebih murah. Dan yang tak kalah penting, kenapa konsumen tetap setia membeli iPhone meski versi baru yang dirilis tetap dijual dengan harga mahal?
Jika Anda punya pertanyaan serupa, jawaban Horace Dediu dari Asymco ini barangkali bisa sedikit mengobati keingin-tahuan Anda. Untuk menjawab pertanyaan pertama, Dediu memberikan penjelasannya sbb:
Ada banyak pertanyaan kenapa Apple menempel harga yang sangat premium untuk iPhone sementara di luar sana konsumen masih bisa mendapati ponsel berkualitas dengan harga lebih murah. Dan yang tak kalah penting, kenapa konsumen tetap setia membeli iPhone meski versi baru yang dirilis tetap dijual dengan harga mahal?
Jika Anda punya pertanyaan serupa, jawaban Horace Dediu dari Asymco ini barangkali bisa sedikit mengobati keingin-tahuan Anda. Untuk menjawab pertanyaan pertama, Dediu memberikan penjelasannya sbb:
“Jawaban paling jelas kenapa Apple meminta harga lebih karena dia [Apple] bisa. Setiap orang akan melakukannya jika mereka mampu.”
Tentang kenapa konsumen bersedia membayar lebih untuk sebuah iPhone, Dediu memberikan jawaban yang sedikit rumit. Pertama, sebagian besar calon pembeli tidak bersedia membayar (kontan) lebih dari $500 untuk ponsel yang mereka inginkan. Di AS dan pasar potensial lain, harga termurah untuk iPhone 5 dipatok hanya $199 (dengan kontrak 2 tahun). Sisanya menjadi tugas opsel untuk membayar di muka (pada Apple). Nah, pertanyaan seharusnya ditujukan pada opsel, kenapa mereka bersedia membayar mahal pada Apple?
Menurut analisa Dediu, saat seseorang membeli sebuah iPhone melalui opsel dengan kontrak maka diprediksi si pembeli tersebut juga akan berlangganan data internet. Dengan demikian si opsel akan mendapatkan keuntungan bulanan selama sedikitnya dua tahun.
Selain itu Dediu juga mengungkap bahwa 10%-15% dari tagihan ponsel pemilik iPhone dipakai untuk membayar iPhone yang ia pakai. Seiring kontrak yang berjalan hingga dua tahun, harga iPhone telah tertutupi, belum lagi ditambah dengan ongkos lain, seperti membeli aksesoris iPhone, dll.
Di akhir penjelasannya, Dediu memilih penggunaan istilah ekonomi ‘servitization,’ atau saat sebuah produk mulai tidak bisa dibedakan dengan layanan yang ditawarkan.
Menurut analisa Dediu, saat seseorang membeli sebuah iPhone melalui opsel dengan kontrak maka diprediksi si pembeli tersebut juga akan berlangganan data internet. Dengan demikian si opsel akan mendapatkan keuntungan bulanan selama sedikitnya dua tahun.
Selain itu Dediu juga mengungkap bahwa 10%-15% dari tagihan ponsel pemilik iPhone dipakai untuk membayar iPhone yang ia pakai. Seiring kontrak yang berjalan hingga dua tahun, harga iPhone telah tertutupi, belum lagi ditambah dengan ongkos lain, seperti membeli aksesoris iPhone, dll.
Di akhir penjelasannya, Dediu memilih penggunaan istilah ekonomi ‘servitization,’ atau saat sebuah produk mulai tidak bisa dibedakan dengan layanan yang ditawarkan.
”[Apple] tidak [lagi] dalam kapasitas bisnis menjual iPhone. Apple menjalankan bisnis [dengan cara] mengaktifkan dan menciptakan layanan.”
0 komentar:
Post a Comment