Toko game ori |
Jujur, ini adalah topik yang sangat gue tunggu-tunggu, karena awal mula pemikiran terbentuknya grup PixelPlay ini adalah untuk membangun wadah gamers yang menghamba kepada produk asli, ketimbang kopian atau bajakan. Tugas ini bukan tugas memasak air hingga jadi mendidih. Tugas ini memiliki jangka waktu yang sangat panjang, mengingat kondisi ekonomi dan status negara kita yang (masih) merupakan negara berkembang. Mungkin, harapan dan impian gua dan sedikit teman baru akan terwujud secara ideal dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan, atau lebih.
Tapi, bukan berarti itu alasan untuk menyerah!
Titik awal gua bisa berpikir bahwa memainkan game orisinil itu JAUH berbeda dibanding memainkan game kopian adalah didahului oleh satu hal yang sudah cukup gua jalani hampir 10 tahun lamanya, yaitu gue sudah tidak pernah membeli CD musik bajakan. Sebelumnya, sama sekali tidak ada perasaan bersalah saat membeli CD musik bajakan. Pikiran gue saat membelinya “yaudah, emang gue ga banyak duit untuk beli CD asli, dan buat apa? toh sama aja.”
Sebentar, tau dari mana kalo 2 hal tersebut adalah sama aja? Apakah lo sudah melakukan riset dari berbagai sudut pandang? atau… lo hanya asbun? (asal bunyi) Hayooo PixelZen! mari kita belajar berpikir kritis! karena menurut Professor Layton :
“Critical thinking is the key to success!”
Oke lanjut. Titik awal yang membuat gue berhenti total membeli CD musik bajakan adalah di saat gue pernah merasakan susah-senangnya proses rekaman. Dari latihan bersama band (apabila bukan menggunakan minus one), diskusi menyewa studio (karena dulu band independen, dan semua anggaran kegiatan band dari kantong sendiri), proses rekaman yang dilakukan berulang-ulang (karena mengejar rekaman ideal), serta proses menunggu hasil mixing mastering, dan… Voila! Jadilah sebuah rekaman (yang dimana bukan seperti 1 album berjumlah 6-12 tracks, tapi cuma 1 track). Lalu? gue mencoba menempatkan diri gua di posisi musisi-musisi yang CD nya telah gue beli versi bajakannya…
Oke, gue teringat nasihat mujarab yang sudah menempel di otak, yaitu :
“Kalo nggak mau digituin, ya jangan gituin orang. Kita gak gituin orang aja belom jadi jaminan kita gak digituin orang, apalagi kalo kita gituin?” <– tentu saja bukan digituin secara konotasi negatif ya…
Nah, trus apa hubungannya musik dengan game dong?
Ada dong! Nah, seiring berkembangnya proses pendalaman iman… eh maksudnya pendalaman ilmu musik gua, sampailah gua ke titik di mana gua akhirnya merasakan sensasi menulis musik untuk sebuah game. Hal ini terjadi kira-kira setahun silam, tepatnya bulan Juli 2012, saat gue pertama membuat musik untuk perusahaan game lokal yang bernama Qajoo. Pernah denger game Run Princess Run? Cak Durae? atau Fahombo? Nah itu adalah 3 game yang merupakan titik awal gue terlibat dalam sebuah produksi game, walaupun tidak secara langsung (proses kerja dilakukan terpisah). Namun setidaknya, gue merasakan susah-senangnya proses produksi musik untuk game tersebut. Dari menulis sketsa, menuangkan ke dalam sebuah komposisi, proses mixing mastering (yang saat itu dilakukan oleh rekan), hingga akhirnya musik tersebut siap ditempel dalam game-game tersebut! Sangat menakjubkan, mengingat salah satu impian gua adalah menjadi game music composer. Dari titik itulah, gue menyadari bahwa setiap game itu adalah karya seni yang patut diapresiasi, bukan cuma di mulut, tapi di tindakan. Akhirnya, tepat setahun setelah proses perkenalan gua dengan dunia produksi game, gue berhenti total membeli game bajakan. Hal ini dibarengi dengan gue membeli platform baru, menambah keluarga di rumah, yaitu Nintendo 3DS.
Oke berikut gue jelaskan per poin, mengapa kita wajib membangun budaya baik dalam membeli sebuah game :
- Dengan membeli game orisinil, kita membantu meringankan pekerjaan para pembajak karena demand di pasar pasti menurun sedikit (walaupun 0,1% sekalipun), lumayan kan? meringankan pekerjaan yang sinful
- Dengan membeli game orisinil, kita mendapatkan beberapa benefit, seperti kemungkinan mendapatkan in-game bonus, buku panduan, original case dari cartridge atau CD (yang biasanya memiliki desain / layout yang super duper bagus), dan jaminan dalam durability (tahan lama)
- Dengan membeli game orisinil, kita berarti belajar menghargai seluruh tim yang bekerja dalam produksi videogame tersebut. Dari director, producer, executive producer, game designer, 3d animator (apabila ada unsur 3d), character design, illustrator, composer, sound designer, voice actor, dan masih banyak lagi yang tentunya mereka semua juga hidup dari game tersebut. Hidup, bukan just for fun seperti kita mengeluarkan uang 10-25 ribu rupiah untuk sebuah masterpiece
- Dengan membeli game orisinil, kita bisa dengan tenang memilih fitur online update untuk mendapatkan fitur-fitur terbaru yang mungkin bisa diunduh untuk menambah kenyamanan bermain (kalo yang ini, mungkin baru mulai heboh 3-5 tahun belakangan, semenjak kata “online” tidak hanya didominasi oleh PC games saja, namun sudah multi-platform (yes, thanks to the growth of Tech!)
- Dengan membeli game orisinil tipe collector’s edition atau limited edition, kita bisa memanjakan sisi audio (apabila terdapat soundtrack CD di dalamnya), atau visual kita (apabila terdapat visual book di dalamnya). Ada kemungkinan juga kita mendapatkan DVD yang berupa rekamanbehind the scene proses produksi game tersebut. Jujur ya PixelZen, buat gua pribadi, nonton behind the scene adalah hal yang cukup menyenangkan, karena di situ lah gue bisa belajar banyak banget, dari rekaman yang cukup singkat (Biasanya cuma 30-60 menit). Well, Beberapa orang di dunia ini cukup gila (dalam artian baik) dalam menyikapi game tipe seperti ini. “Baik”nya seperti ini -> “Baik…lah, bulan ini saya tidak makan nasi, siap hajar Final Fantasy XIV : ARR Limited edition!” :p
- Terakhir, dengan membeli game orisinil, kita menjadi konsumen yang baik terhadap siklus ekonomi sehat di negeri kita yang semakin hari semakin abstrak ini. Dengan kita memilih membeli game orisinil, kita membangun budaya baik yang mungkin tidak berpengaruh besar bagi generasi kita atau di atas kita, namun lebih ke 1-2 generasi di bawah kita.
Meskipun demikian, kalo disuruh membedakan kualitas rekaman yang telah dikopi, atau game yang telah dikopi dengan kualitas produk aslinya, gue masih belum berani untuk bilang apa saja perbedaannya, karena hal itu sangat tipis terasa (kecuali beberapa film bajakan, yang sudah sangat jelas terkadang langsung rekam dari bioskop). Beberapa CD musik bajakan yang dulu gua beli, memiliki kualitas yang cukup menakjubkan untuk harga 10 ribu rupiah, begitu pula dengan game-game bajakan, yang memiliki kualitas yang menakjubkan untuk harga 10-25 ribu rupiah. Gue masih bisa memainkan Fire Emblem bajakan yang dulu gua beli dengan sistem save yang sempurna, serta kualitas loading yang cukup menakjubkan. Mungkin inilah salah satu faktor mengapa orang lebih milih “keluar sedikit, dapet hasil yang maksimal” yang jelas-jelas sangat miskonsepsi.
Lalu, bagaimana dengan persoalan kemampuan ekonomi masing-masing?
“Yah, gue sih ngerti, tapi gimana ekonomi gue ga sanggup untuk beli game original.“
Oke, menyikapi pernyataan di atas, gue akan menjawabnya dengan :
“Lha, siapa juga yang suruh lo ga nabung? Siapa juga yang suruh lo beli game nya kalo belom ada uangnya? Emangnya sebanding harga yang lo keluarin dengan membeli game bajakan dengan proses produksi game tersebut?“
Awalnya, respons gua akan terdengar seperti jawaban-tak-bersolusi, namun sekali lagi, mari kita ingat kata Prof. Layton : ”Critical thinking is the key to success!” Apakah alasan lo tentang ekonomi tersebut betul-betul masuk akal? Bagaimana dengan jasa sewa-menyewa game? Salah satu toko game langganan gua (MP Game) menyediakan jasa sewa-menyewa game kok, bisa mampir di sini. Bagaimana pula dengan sistem beli game secondhand? Yang jelas-jelas bisa dicari banyak sekali salah satunya di grup facebook ini, atau di forum Kaskus ini. Masih banyak jalan keluar untuk masalah kemampuan ekonomi, toh?
Coba pikir lagi!
saya setuju dengan artikel nya, saya sudah hampir 1 tahun ini membeli game original, belum pernah menyesal membeli game orisinal, di PC menggunakan Steam, nunggu diskon, di PSN Plus juga rata-rata hampir sama nunggu gratisan dari sony, tp tetap membeli game PC, PS4 dan PS Vita secara Retail jg menambah kesenangan sendiri, dan jujur saya mendukung penjual retail game original, karena masih sulit mendapatkan game original di Indonesia, berharap sih ada toko yang bisa selengkap Gamestop di luar negeri, karena harga game nya mahal, jadi beli game nya pun selektif dan banyak melakukan research terlebih dahulu, sehingga tidak menyesal di kemudian hari, dan juga karena game nya mahal, jadi pasti game-game tersebut di mainin ampe tamat,
ReplyDeletesalam untuk semua Gamer Indonesia dengan game Original